Wednesday, May 2, 2018

SEJARAH KUDA LUMPING

SEJARAH TARI KUDA LUMPING JAWA TENGAH



Sejarah Indonesia - Tari Kuda Lumping sebagai tarian rakyat yang benar-benar popular di Jawa Tengah serta Daerah Istimewa Yogyakarta. Di daerah Yogyakarta tari Kuda Lumping diberi nama Jathilan. Bahkan berada di daerah beda tari jathilan dengan nama Incling, ada juga yang berikan nama Kuda Kepang atau Jaran Kepang.






Menurut sejarahnya tari Kuda Lumping/Jathilan telah ada mulai sejak jaman primitif serta dipakai jadi fasilitas upacara ritual yang sifatnya magis. Awal mulanya tari Kuda Lumping cuma memakai alat yang simpel. Demikian halnya langkah kenakan pakaian penari juga masih tetap benar-benar simpel.


Dalam sejarah indonesia banyak sekali jenis jenis tari yang berasal dari negri kita tercinta. Perkembangan tari yang paling modern pun sudah ada di indonesia untuk melihat beragam kesenian tari di indonesia . Kita harus ke museum atau bisa searching di google pusat informasi Tercanggih Didunia.


Seiring dengan perubahan jaman, instrumental yang di pakai untuk Kuda Lumping makin lengkap demikian halnya kostum banyak penarinya juga telah tambah bagus serta kreatif. Awal mulanya tarian Kuda Lumping cuma dipakai untuk acara ritual saja, saat ini telah jadikan jadi seni pertunjukan. Sebagai seni pertunjukan banyak seniman buat sedikit perubahan, geraknya lebih dinamis, kreatif, serta lebih beragam.



Tarian Kuda Lumping melukiskan peperangan dengan naik kuda serta bersenjatakan pedang. Terkecuali ada yang menaiki kuda ada juga penari yg tidak berkuda tapi bertopeng, yakni jadi penthul, bejer, cepet, gendruwo, serta barongan. 






Pada penari Kuda Lumping umumnya ada penari yang hingga alami kondisi trance, yakni kondisi di mana penari alami kondisi tidak sadarkan diri. Bahkan penari yang alami kesurupan itu dapat makan beberapa barang dari kaca. Hal tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakan oleh penari umum bila tidak tengah alami trance.

Kostum serta Property Tari Kuda Lumping


Pada pertunjukan Kuda Lumping ada tempat atau arena yang tetaplah, hal semacam ini berlainan dengan reog yang arenanya tidak tetaplah karna umumnya reog dipakai untuk menemani satu karnaval atau upacara spesifik. Umumnya pendukung penari Kuda Lumping sejumlah 35 orang, dengan rincian penari 20 orang, pemukul instrumen 10 orang, 4 orang jadi pembantu umum atau penjaga keamanan, serta 1 orang jadi koordinator pertunjukan yang mengatur jalannya pertunjukan dari pertama sampai selesainya Kuda Lumping.



Para penari menaiki kuda yang terbuat dari bambu serta membawa pedang seakan-akan akan perang melawan musuh. Ketika menari banyak pemain kenakan kostum serta tata rias muka yang realistis akan tetapi ada juga group Kuda Lumping yang kostumnya non realistis terlebih tutup kepala, yakni kenakan irah-irahan wayang orang. Pada kostum yang realistis, tutup kepala kenakan blangkon atau iket kepala serta menggunakan kacamata gelap. Kostum bajunya kenakan pakaian atau kaos, rompi, celana panji, stagen, serta timang.



Ada penari yang kenakan topeng hitam yang dimaksud Bejer (Tembem atau Doyok), ada yang kenakan topeng putih bernama Penthul atau Bancak. Bejer serta Penthul bermanfaat jadi penari, penyanyi, serta pelawak untuk menghibur prajurit berkuda yang beristirahat. Pertunjukan Kuda Lumping dapat dilaksanakan malam hari maupun siang hari. 


Tempat pertunjukan berupa arena dengan lantai berbentuk lingkaran serta lurus. Vokal cuma disampaikan oleh Penthul serta Bejer berbentuk dialog serta tembang lnstrumen yang dimanfaatkan yaitu angklung 3 buah, bendhe 3 buah, kepyak setangkep, serta satu kendang. Semuanya perlengkapan instrumen itu di letakkan dekat arena pertunjukan.



Pada masa saat ini pertunjukan Kuda Lumping ada yg tidak memakai musik angklung tapi menggunakan instrumen kendang, bendhe, gong, gender, serta saron seperti Jathilan Tipe Baru di Desa Jiapan, Tempel, serta Sleman. 


Yang juga menarik pada pertunjukan Kuda Lumping/jathilan ini bila penari yang tengah alami trance, dia dapat berbahasa Indonesia meski awal mulanya tidak dapat berbahasa Indonesia. Apabila didalam pertunjukan Kuda Lumping/Jathilan ada yang mengganggu, penari yang alami trance barusan dapat menunjuk siapa aktor yang buat keonaran barusan. 


Kuda Lumping pada pertunjukan tipe baru ini 10 pasangan. Dua kuda pasangan paling depan berwarna putih, sedang 8 pasangan berwarna hitam. Dua kuda pasangan yang berada di baris belakang yaitu kuda kecil atau dalam bhs Jawa belo. Belo atau anak kuda itu dibuat demikian rupa jadi berikan kesan kekanak-kanakan. Kepala kuda yang kecil melihat lurus ke depan, sedang kepala kuda yang beda tertunduk. 


Dalam soal menari juga, yang menaiki kuda kecil mesti lebih lincah serta tipe, yang berikan kesan kekanak-kanakan seandainya dibanding dengan penari yang menaiki kuda besar. Apabila ada pertunjukan Kuda Lumping, orang-orang bersama-sama menginginkan lihat dari jarak yang dekat. Hal semacam ini menunjukkan permainan Kuda Lumping benar-benar masih tetap benar-benar disukai oleh beberapa besar orang-orang Jawa terutama orang-orang Jawa Tengah serta DIY.



Kesenian Kuda Lumping/Jathilan juga berkembang dengan baik di Magelang, bahkan juga di sebagian kecamatan di Magelang ada kelompok-kelompok jathilan. Di Desa Mertoyudan ada group Jathilan Campur. Kesenian Jathilan Campur sebagai tarian yang dipertunjukkan oleh sekumpulan prajurit berkuda jadi keunikan jathilan, di gabung dengan peran-peran beda seperti, wanara, bugisan, buto blindhi, manuk berikan, brasak, penthul tembem, cakil, serta barongan. 


Sejarah Kuda Lumping/Jathilan 



Di Mertoyudan ada grup jathilan campur ‘Budhi Rukun’. Peranan brasak dilaksanakan atau diperankan oleh penari-penari yang berumur muda, jumlahnya ada 25 orang yang menari dengan pergerakan penuh semangat, serempak, serta dinamis.



Asal mula kata jathilan di Kabupaten Magelang datang dari akar kata ‘jan’ yang bermakna sangat serta ‘thil-thilan’ yang bermakna banyak gerak, yang lantas dikaitkan dengan geraknya sangat banyak seperti larinya kuda yang jejondilan. Jathilan dimaksud juga kuda kepang karna peralatan yang dimanfaatkan yaitu kuda-kudaan yang di buat dari bambu yang dianyam atau dikepang lantas dibuat mirip kuda.

Thursday, April 26, 2018

SEJARAH TARIAN REOG PONOROGO

SEJARAH TARIAN REOG PONOROGO DARI JAWA TIMUR



Sejarah Indonesia - Ada beraneka jenis narasi yang berkembang di orang-orang perihal histori Reog serta Warok. tetapi satu diantara kejadian yang paling dikenal adalah narasi perihal pembangkangan Ki Ageng Kutu. dia yaitu seseorang abdi kerajaan pada saat pemerintahan Bhre Kertabumi.



 


Dalam kesempatan ini pintasilmu. com juga akan mengupas sedikit berkaitan Histori Tarian Reog Ponorogo yang sudah disukai banyak orang di orang-orang. 


Pencetus Tari Reog  



Ki Ageng Kutu geram juga akan karena kuat dari istri raja Majapahit yang datang dari Tiongkok. Serta ia juga geram pada rajanya karna pemerintahan labil. Dia terasa kalau kekuasaan Kerajaan Majapahit juga akan selesai. 






Lalu dia meninggalkan rajanya serta bangun padepokan silat untuk kelompok anak muda. Terutama belajara pengetahuan kebal serta pengetahuan kesempurnaan dengan tujuan anak-anak ini ini nantinya dapat jadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit. dia Sadar sebetulnya anggota prajurit sangat kecil untuk menyerang pasukan kerajaan.


Jadi arahan politis Ki Ageng Kutu diaplikasikan lewat pentas seni Reog, yang disebut peringatan pada Raja Kertabumi serta kerajaannya. pentas Reog jadi alat oleh Ki Ageng Kutu untuk menghidupkan perlawanan orang-orang lokal memanfaatkan seni Reog. 


Tari Reog Tari Tradisional 



Dalam pagelaran seni Reog di tunjukkan topeng dengan bentuk kepala singa yang diberi nama jadi Singa Barong. Singa Barong sebagai raja rimba, yang yang di menjadikan simbol untuk Kertabhumi, serta diatasnya ada bulu-bulu merak melambangkan dampak yang kuat. jatilan, dimainkan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan jadi simbol kebolehan pasukan Kerajaan Majapahit. 





Jadi parameter kontras dengan kebolehan warok yang ada di balik topeng badut merah, serta menyokong topeng singabarong. sendiri yang beratnya sampai 50 kg cuma dengan memanfaatkan giginya. terkenalnya Reog Ki Ageng Kutu memicu Bhre Kertabumi geram serta mengambil keputusan untuk menyerang perguruannya.


perguruan dilarang untuk melanjutkan kursus itu. tapi murid-murid dari Ki Ageng kutu tetaplah melanjutkan dengan sembunyi-sembunyi. Walau bagaimanapun kesenian Reognya masih tetap dizinkan untuk di tontonkan karna telah terlanjur popular di kelompok masayarakat.


tetapi alur ceritanya baru sekali lagi dengan di permanis karakter-karakter dari narasi rakyat Ponorogo yaitu Kelono Swandono serta Dewi Songgolangit dan Sri Genthayu. Alur narasi Reog Ponorogo sesudah itu yaitu narasi berkaitan Raja Ponorogo yang punya niat mempersunting putri Kediri Dewi Ragil Kuning. 


Tari Penuh Sejarah



Tetapi di dalam jalan ia dihadang Raja Singabarong yang didampingi seekor merak serta singa, sedang Kerajaan Ponorogo Raja Kelono serta Wakilnya Bujang Anom, di dampingi oleh warok. warok ini miliki ajian yang mematikan. jadi peninggalan budaya juga akan kekayaan seni nya didalam pengalamannya.


Seni Reog sebagai pembuatan kreasi manusia yang dibuat dengan aliran kepercayaan yang ada dengan turun temurun. Kebiasaan upacaranya memanfaatkan kriteria yg tidak masuk akal untuk orang pemula untuk mewujudkannya.

Monday, April 23, 2018

TARI BADUI

TARI BADUI - TARI KHAS YOGYAKARTA



Sejarah Indonesia - Tari Badui yaitu satu diantara kesenian yang datang dari daerah Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tari ini adalah type tarian rakyat yang melukiskan satu adegan peperangan atau serombongan prajurit yang tengah latihan perang. Dalam penyajian tari ini dikerjakan dengan grup serta berpasangan.


Seni Badui yang saat ini masih tetap hidup serta berkembang di daerah kabupaten Sleman biasanya datang dari daerah Kedu, tengah di daerah Kedu sendiri juga adalah kesenian rakyat yang awal mulanya dibawa oleh seorang dari tanah Arab. 




Komposisi yang digunakan berupa barisan, Terkadang membuat dua barisan, terkadang juga melingkar bertemu. Manfaat dari kesenian ini di samping jadi alat dakwah agama Islam juga hiburan untuk warga. 


Seni Badui yang saat ini masih tetap hidup serta berkembang di daerah kabupaten Sleman biasanya datang dari daerah Kedu, tengah di daerah Kedu sendiri juga adalah kesenian rakyat yang awal mulanya dibawa oleh seorang dari tanah Arab.


Cerita Kehadiran Kesenian Ini Yaitu Seperti Berikut :



“Dulu ada orang Indonesia yang lama tinggal di tanah Arab. Sepanjang disana dia memahami serta banyak lihat kesenian Badui itu. Selain itu, ia juga lihat kesenian suhanul Muslim, yakni kesenian orang/bangsa Arab Qurais. Lalu sesudah ia kembali pada tanah air, ia tinggal di desa Mendut, samping utara Borobudur/Kedu. 


 

Di desanya ia meningkatkan kesenian Badui itu yang thema serta memiliki bentuk masih tetap sama juga dengan asal awalnya yang diliat di tanah Arab, tetapi disamping itu ada bagian-bagian yang disamakan dengan situasi warga kita, lebih-lebih syair-syair serta kalimat yang dilagukannya. Seni Badui yang saat ini sudah banyak alami perubahan lebih-lebih didalam lagu serta syairnya”.


Bagian-bagian Pendukung Tari Badui



Jumlah beberapa pendukung pementasan kesenian Badui tdk menentu. Berikut Bagian sisi pendukung tari Badui.


1. Bagian Instrumen Musik serta Vokalis. Umumnya terbagi dalam 10 orang (jumlahnya kadangkala tdk menentu)


2. Penari. Terbagi dalam lebih kurang 30 orang penari


3. Penari terbagi dalam lelaki yang usianya rata-rata pada 12 - 30 th..


4. Kostum yang digunakan pemain terbagi dalam peci Turki berwarna merah (kanigoro) atau kuluk rekanten yang berwarna merah yang ada kucirnya, pakaian putih lengan panjang, rompi, celana panji, kain (rampekan) stagen serta ikat pinggang, kaos kaki serta sepatu putih.


5. Beberapa penari membawa godo/gembel (senjata serta kayu) .


6. Vokal di sampaikan berbentuk lagu serta dibawakan dengan berubahan pada penari dengan vokalis, dengan pemegang instrumen musik (saut-sautan, Jawa) . Syair yang dibawakan ada yang di ambil dari Kitab Kotijah Badui namun ada pula yang disusun sendiri, serta berisikan uraian perihal budi pekerti, kepahlawanan, persatuan/kesatuan dan sebagainya.


Instrumen yang dipakai yaitu genderang (tambur) satu buah, terbang genjreng 3 buah serta satu jedor/bedug. Terkadang ditambah suatu peluit yang bermanfaat buat berikan aba-aba juga akan dimulainya pementasan, perubahan tempat, ataupun berhenti/selesainya pertunjukan. 


Lagu-lagu Yang Dibawakan Bernafaskan Islami Serta Sholawat Puji-Pujian.



Tari ini umumnya dipentaskan saat malam hari tetapi seringkali juga di pentaskan pada siang hari, sepanjang lebih kurang 4, 5 jam. Alat penerangan yang dipakai yaitu lampu petromak. Ada saatnya juga tarian ini diselingi dengan pencak silat, serta dalam tarian pencak silat ini beberapa pemainnya kadangkala ada yang bisa menjangkau trance.


Tempat kaki penari biasanya terbuka, dan tempat lengan rendah serta tinggi. Rencana pentas yang dipakai adalah arena dengan desain lantai lingkaran serta lurus. Instrumen yang dipakai yaitu genderang (tambur) satu buah, terbang genjreng 3 buah serta satu jedor.

Sunday, April 22, 2018

TARI KINYAH UUT DANUM

TARI KINYAH UUT DANUM TARIAN PERANG KAL. BARAT




Sejarah Indonesia - Tari Kinyah Uut Danum yaitu satu diantara tarian perang dari Kalimantan barat yang mempertunjukkan keberanian serta tehnik bela diri dalam berperang. Sesuai sama namanya, tarian ini datang dari sub suku dayak uut danum di Kalimantan barat.


Tari Kinyah Uut Danum awalannya ialah tarian persiapan fisik saat sebelum mengayau, yakni etika pemburuan kepala musuh yang di laksanakan oleh suku dayak era dulu. Tarian ini untuk memberikan kesiapan beberapa laki-laki dayak uut danum untuk dilepaskan di rimba untuk mengayau. 


Filosofi Tarian Kinya Uut Danum



Nyaris semuanya sub suku dayak mempunyai tarian perang begini. Tetapi tiap-tiap sub suku dayak pastinya mempunyai tehnik membunuh rahasia. Suku dayak uut danum sendiri dikenal dengan pergerakan serta tehnik yang beresiko dalam membunuh musuhnya.


Seiring perubahan era, etika mengayau selesai kala kesepakatan rubuh anoi. Kesepakatan rubuh anoi ialah kesepakatan damai, di mana pemimpin tiap-tiap sub suku dayak di Kalimantan berkumpul serta lakukan kesepakatan damai. Sesudah kesepakatan damai itu, etika mengayau di tinggalkan serta tari kinyah mulai di untuk jadikan tarian tradisionil. Diluar itu tarian ini untuk memperingati histori serta keberanian laki-laki dayak era dulu. 





Pergerakan dalam tari Kinyah Uut Danum ini lebih diistemewakan pada pergerakan yang gesit untuk menyerang serta kewaspadaan untuk bertahan. Selain pergerakan tehnik bela diri, tarian ini diselingi dengan pergerakan tari serta teatrikal supaya pergerakan tidak tampak kaku dalam pertunjukannya. Tarian ini umumnya di laksanakan oleh dua orang laki-laki. 


Waktu menari, satu diantara penari lakukan serangan dadakan hingga di butuhkan kewaspadaan yang tinggi untuk bertahan. Tak tidak sering tarian ini buat beberapa pirsawan berdecak mengagumi akan melihat pertunjukan tarian ini. 


Tarian Khas Suku Dayak



Dalam pertunjukannya, tari Kinyah Uut Danum dikerjakan oleh 2 orang laki-laki. Kostum yang di pakai dalam tarian ini ialah baju kebiasaan ciri khas suku dayak uut danum. Dalam tarian ini penari di kompliti dengan senjata seperti . 




Mandau serta perisai yang di pakai untuk menyerang serta bertahan. Dalam tarian i juga di mendampingi music tradisionil dengan ritme sesuai sama pergerakan beberapa penarinya, hingga pertunjukan telihat lebih hidup serta menarik.


Tari Kinyah Uut Danum kerapkali di pertunjukan dalam acara kebiasaan seperti gawai, penyambutan tamu serta festival budaya. Tarian ini masih tetap di lestarikan oleh pemerintah daerah serta orang-orang dayak jadi pelestarian warisan budaya serta kesenian tradisionil di Kalimantan barat. 


Walaupunpun banyak menambahkan kreasi serta macam dalam tiap-tiap pertunjukannya, tetapi tidak kurangi nilai nilai serta pergerakan aslinya.

Friday, April 20, 2018

SEJARAH TARI COKEK

SEJARAH TARI COKEK DARI TANGERANG BANTEN 


Sejarah Indonesia - mengenalkan tarian tradisionil dari daerah Tangerang, di propinsi Banten yaitu Tari Cokek. Cokek yaitu satu tarian tradisionil dari daerah Tangerang yang dimainkan pertama kali kurang lebih era ke-19. Ketika itu, tarian ini dikenalkan oleh Tan Sio Kek, seseorang tuan tanah .




Tionghoa di Tangerang yang tengah rayakan pesta. Dalam perayaan pesta itu, Tan Sio Kek mengundang sebagian orang terkenal yang tinggal di Tangerang. Tan Sio Kek mengundang juga tiga orang musisi yang datang dari daratan Cina. Ketika itu, banyak musisi Cina ada sembari membawa sebagian buah alat musik dari negara aslinya.
 

Salah satu alat musik yang mereka bawa yaitu Rebab Dua Dawai. Atas keinginan Tan Sio Kek, musisi itu lalu memainkan alat musik yang mereka bawa dari daratan Cina. Ketika yang berbarengan, group musik punya Tan Sio Kek juga memainkan sebagian alat musik tradisionil dari daerah Tangerang, seperti seruling, gong dan kendang. 

Tari Cokek


Lantunan suara dari kombinasi alat musik daratan Cina serta Tangerang itu lalu di kenal dengan nama musik Gambang Kromong. Untuk menyemarakkan situasi pesta, Tan Sio Kek mendatangkan tiga orang wanita. Sesuai sama keinginan Tan Sio Kek, mereka menari ikuti alunan musik yang dimainkan banyak musisi. 




Para tamu yang menghadiri pesta mengatakan ke-3 penari itu Cokek. Konon, Cokek adalah sebutan untuk anak buah Tan Sio Kek. Mulai sejak waktu tersebut, orang-orang Tangerang di propinsi Banten mulai kenal nama tari Cokek.



Jika awalannya, tari Cokek cuma dimainkan oleh tiga orang penari wanita. Saat ini, pertunjukan Cokek acap kali dimainkan oleh 5 sampai 7 orang penari wanita serta sebagian orang lelaki jadi pemain musik. Tiap-tiap kali pertunjukan, tampilan penari Cokek sesuai dengan keunikan wanita Banten yaitu kenakan kebaya serta kain panjang jadi bawahan. 


Umumnya, warna kebaya yang dipakai banyak penari Cokek relatif bersinar disaat terserang cahaya lampu, seperti hijau, merah, kuning, dan ungu. Yang tidak sempat ketinggal dari penari Cokek yaitu sehelai selendang. 

Cokek Tangerang Banten


Di daerah Tangerang, tari Cokek umumnya dimainkan jadi pertunjukan hiburan waktu warga Cina Benteng mengadakan pesta pernikahan. Warga Cina Benteng adalah warga Tionghoa keturunan yang tinggal di daerah Tangerang. Seringkali, tarian ini dimainkan jadi tari penyambutan untuk tamu kehormatan yang bertandang ke Tangerang.


Lantunan musik Gambang Kromong serta pergerakan penari yang tampak gemah gemulai jadi keunikan dari pertunjukan tari Cokek. Di dalam pertunjukan, penari Cokek umumnya turun ke barisan pemirsa untuk pilih siapa yang mau di ajak untuk menari bersama-sama. Tiap-tiap kali tari Cokek dimainkan, tidak seluruh penari bisa menari bersama-sama penari Cokek. 


Jika pertunjukan Cokek diadakan untuk acara pernikahan, penari Cokek umumnya mengajak pengantin lelaki atau sebagian orang tamu undangan untuk menari bersama-sama. Ketika diadakan untuk menyongsong tamu kehormatan, petinggi setempat serta tamu kehormatan tersebut yang memperoleh peluang pertama menari bersama-sama penari Cokek. 


Sinyal ajakan dari penari yaitu sehelai selendang yang dikalungkan ke leher banyak tamu. Orang-orang Tangerang berasumsi, bila sehelai selendang dari penari Cokek sudah dikalungkan, pantang untuk tamu itu mau pun siapapun untuk menampik. Penolakan itu dipercaya bisa mencemarkan nama baik mereka sendiri.

Thursday, April 19, 2018

SEJARAH SENI TARI JAIPONG

SEJARAH SENI TARI JAIPONG ASLI BETAWI 


Sejarah Indonesia - Tari jaipong yaitu seni tari yang lahir dari kreatifitas seseorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Ia di inspirasi pada kesenian rakyat yang salah nya yaitu Ketuk Tilu membuatnya ketahui serta mengetahui benar perbendaharan pola-pola gerak tari kebiasaan yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Hingga ia bisa meningkatkan tarian atau kesenian yang saat ini dikenal dengan nama Jaipongan.

SEJARAH TARI JAIPONG 


Karya Jaipongan pertama yang mulai di kenal oleh orang-orang yaitu tari “Daun Pulus Keser Bojong” serta “Rendeng Bojong” yang keduanya adalah tipe tari putri serta tari berpasangan (putra serta putri). 




Awal kemunculan tarian itu awal mulanya dipandang jadi pergerakan yang erotis serta vulgar, tetapi jadi lebih lama tari ini jadi lebih popular serta mulai bertambah frekwensi pertunjukkannya baik di media tv, hajatan, ataupun perayaan-perayaan yang disenggelarakan oleh pemerintah atau oleh pihak swasta. 

C. PERKEMBANGAN TARI JAIPONG 


Dari tari Jaipong ini mulai lahir sebagian penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, serta Pepen Dedi Kirniadi. Hadirnya tari Jaipongan memberi peran yang cukup besar pada beberapa pencinta seni tari untuk lebih aktif sekali lagi menggali tipe tarian rakyat yang terlebih dulu kurang diperhatikan. Dengan timbulnya tari Jaipongan ini mulai banyak yang bikin kursus-kursus tari Jaipongan, serta banyak diperlukan oleh beberapa entrepreneur untuk pemikat tamu undangan. 




Di Subang Jaipongan model “Kaleran” mempunyai ciri-ciri yaitu keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, serta kesederhanaan. Hal itu tercermin dalam alur penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang di beri alur (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang berada di Bandung, ada juga juga tarian yg tidak dipola (Ibing Saka), umpamanya pada seni Jaipongan Subang serta Karawang. Arti ini bisa kita temukan pada Jaipongan model kaleran, lebih-lebih di daerah Subang. 


Tari Jaipongan pada sekarang ini dapat dikatakan sebagai satu diantara tarian ciri khas Jawa Barat, tampak pada acara-acara utama kehadiran tamu-tamu dari Negara asing yang datang ke Jawa Barat, tetap di sambut dengan pertunjukkan tari Jaipongan. 


Tari Jaipongan ini banyak memengaruhi pada kesenian-kesenian yang lain yang berada di Jawa Barat, baik pada seni pertunjukkan wayang, degung, genjring serta yang lain yang bahkan juga sudah dipadukan dengan Dangdut Moderen oleh Mr. Nur serta Leni sampai jadi kesenian Pong-Dut.

BENTUK PENYAJIAN serta CIRI KHAS 


Ciri ciri khas Jaipongan model kaleran, yaitu keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas serta kesederhanaan (alami/apa yang ada). Hal itu tercermin dalam alur penyajian taxi pada pertunjukkannya, ada yang di beri alur (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang berada di Bandung, ada juga tarian yg tidak dipola (Ibing Saka), umpamanya pada Seni jaipongan Subang serta Karawang. 




Arti ini bisa kita temukan pada Jaipongan model Kaleran, lebih-lebih di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan model kaleran ini seperti berikut : 1) Tatalu ; 2) Kembang Gadung 3) Buah Kawung Gopar ; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), umumnya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinde Tatandakan (seseorang Sinden namun tidak menyanyi namun menarikan lagu sinden/juru kawih) ; 5) Jeblokan serta Jabanan, adalah sisi pertunjukkan waktu beberapa pemirsa (Bajidor) sawer uang (Jabanan) sembari salam temple. Arti Jeblokan disimpulkan jadi pasangan yang bertempat pada sinden serta pemirsa (bajidor).


Perubahan setelah itu dari Jaipongan berlangsung pada th. 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira membuat tari yang lain seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Man gut, Iring-firing Daun Puring, Rawayan serta Tari Kawung Anten. 


Dari taritarian itu keluar sebagian penari Jaipongan yang handal di antaranya Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepi, Agah, Aa Suryabrata serta Asep Safaat.

Wednesday, April 18, 2018

SEJARAH TARI

SEJARAH TARI DAN MACAM MACAM PERKEMBANGAN NYA


1. tari era prasejarah/era primitif


Sejarah Indonesia - Era primitif yaitu era prasejarah yakni era sebelumnya timbulnya kerajaan hingga belum juga miliki pemimpin dengan resmi. Era primitif ini kira-kira anatara th. 20. 000 SM – 400 M. 




Pada era warga primitive ada 2 era yakni era batu serta era logam. Pada era batu peluang tari – tarian cuma disertai dengan sorak – sorai dan tepukan tangan. Sedang pada era logam telah ada peninggalan instrument music yang ada sangkut pautnya dengan tari yakni nekara atau kendang yang di buat perunggu.


Di antara lukisan – lukisan yang hiasi nekara itu ada lukisan yang melukiskan penari yang pada kepalanya dihias bulu – bulu burung serta daun – daunan.


Seni tampil dari ungkapan perasaan ekspresi manusia atas satu situasi spesifik. lonjakan keceriaan seorang kala meraih kesenangan dapat membuat pergerakan ekspresif, lompatan manusia purba saat berburu binatang juga berlangsung dengan spontan. 




Pergerakan - pergerakan berikut yang lalu mengkristal serta disusun berbentuk tarian. dari beragam momen satu hari - hari lalu terlahir bentuk - bentuk rangkaian gerak yang diwujudkan berbentuk upacra ritual warga purba.


Dengan disertai pukulan - pukulan genderang serta semacamnya, grup warga purba bergerak - gerak melingkari api unggun yang menyala sembari melantunkan mantra - mantra serta nyanyian - nyanyian persembahan untuk nenek moyang mereka. berikut cikal akan tumbuhnya tari.


Tari primitif adalah tari yang berkembang di daerah yang berlandaskan keyakinan animisme, serta dinamisme. Tari ini lebih mengutamakan tari yang memuja roh beberapa leluhur serta estetika seni. Tari primitif umumnya adalah bentuk kehendak bersifat pernyataan maksud dikerjakan serta permintaan tarian itu dikerjakan.


Ciri tari pada era primitif yaitu kesederhanaan kostum, gerak serta iringan jadi lebih menguasai mempunyai tujuan untuk kehendak spesifik sehungga ungkapan ekspresi yang dilaksanakan terkait dengan keinginan yang dikehendaki. ciri – ciri tari primitif di antaranya :


1. gerak serta iringan begitu simpel bersifat hentakan kaki, tepukan tangan/lambang nada/gerak – gerak saja yang dilaksanakan

2. pergerakan dilaksanakan untuk tujuan spesifik umpamanya menirukan gerak binatang karna berburu, sistem inisiasi, kelahiran, perkawinan, panen.

3. instrumen begitu simpel terbagi dalam tifa, kendang, /intrumen yang cuma dipukul dengan tetaplah bahkan juga tanpa ada mencermati dinamika

4. tata rias simpel bahkan juga dapat berakulturasi dengan alam sekitaran.

5. tari miliki sifat sakral karna untuk upacara keagamaan.

6. tarian primitif tumbuh serta berkembang pada warga sejak mulai era prasejarah yakni era sebelumnya timbulnya kerajaan hingga belum juga miliki pemimpin dengan resmi. Kehidupan warga masih tetap bergerombol, beralih – ganti serta bercocok tanam.

7. tarian primitif basic geraknya yaitu maksud serta kehendak hati serta pernyataan kolektif.

8. atribut kemeja memanfaatkan bulu – buluan serta daun – daunan

9. formasi pada tarian primitif umumnya berupa lingkaran karna menggambar kebolehan.

10. tarian ini berkembang pada warga yang menganutpola kebiasaan primitif/purba di mana terkait dengan pemujaan nenk moyang serta penyembahan leluhur. Contoh tari primitif tari bailita serta tari dayang modan.

2. Tari era feodal/penjajahan (400 M – 1945)


Era feodal/era penjajahan kira-kira pada th. 400 M – 1945. Type Tari era feodal ini diikuti dengan bermunculan beberapa pakar tari yang memberi jenis – jenis pengertian. Tokoh – tokoh itu di antaranya curt sach, soedarsono, corry hamstrong, la mery serta beda sebagainya.


Pada era ini tari mempunyai beragam guna di antaranya tari upacara, tari hiburan, tari pertunjukan. Tari yang berperan jadi upacara ritual serta yang berperan jadi hiburan pribadi beberapa tidak tercakup karna tari ritual biasanya lebih mementingkan tujuan ketimbang bentuk penyajiannya, sedang tari hiburan lebih mementingkan keikutsertaan penari dalam tari itu ketimbang kesenangan untuk menontonnya.


Pada era feodal ini tari di Indonesia banyak di pengaruhi oleh kebudayaan yang datang dari luar terutama India. Setelah itu tampil Islam lewat kerajaan – kerajaan di Indonesia kala itu, dan dampak pelebaran lokasi bangsa barat yang lalu membawa kondisi tari di Indonesia lebih moderen.


Perubahan tari era feodal dikira baik karna dampak agama hindu, seni tari adalah sisi yang perlu dalam upacara keagamaan yang diantara buktinya yakni ada gambar atau relief candi yang melukiskan beberapa penari tengah menari disertai sebagian instrumen musik.


Pada era Indonesia Hindu lahir tari istana jadi seni yang mempunyai nilai artistik yang tinggi di antaranya golek, gambyong. Dengan masuknya dampak budaya hindu lahirb wayang wong, sapta bedaya, wayang topeng, sri kepi, klana topeng serta beda sebagainya.


Era feodal pula banyak di pengaruhi oleh dampak agama Islam. Dampak agama Islam yang membawa seni tari lebih berkembang karna dipakai jadi media penebaran agama Islam terlebih di kerajaan Mataram, Kesultanan Cirebon serta Kerajaan Demak. Pada era ini tampil sebagian topeng di antaranya panji kasatriyan, candra kirana, handoyo, raton, klano, denowo, tembem, pentul serta beda sebagainya.


Setelah era invasi (pelebaran lokasi) bangsa Barat, seni tari lebih berkembang hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya banyak tari yang di ciptakan oleh penata tari serta bangsawan di antaranya tari bedhaya, Srimpi, beksan, wireng, serta drama tari (sendratari). Pada era feodal/penjajahan pula banyak tampil tari yang bertema kepahlawanan/heroik di antaranya tari pejuang, bandayuda, prawiroguna, keprajuritan serta beda sebagainya.

3. Tari era moderen (era sesudah indonesia merdekan hingga saat ini)


Type tari era moderen ini diikuti dengan timbulnya koreografer – koreografer individu yang membuat karya – karya baru, lebih jadi ekspresi diri ketimbang ekspresi komunal. Ide koreografer perorangan jadi satu segi perlu dari efek kebudayaan barat. Tokoh – tokoh tari moderen di antaranya isadora Duncan, Martha Graham, doris Humphrey, Mary Wigman serta beda sebagainya.


Tokoh tari moderen dari Indonesia salah nya ialah Sardono W Kusumodan Sal Murgiyanto. Karya tari yang tampil pada era moderen ini di antaranya Dongeng dari Dirah, Meta Ekologi, Rimba yang Merintih. Di Indonesia pada saat sesudah merdeka juga tampil tari yang memiliki nuansa tradisionil garapan baru yakni tari Karno Tanding, Tari Retno Ngayuda, Tari Retno Tinanding, Tari Menak Koncar serta beda sebagainya